Kalibrasi instrumen adalah proses memastikan dan penyesuaian instrumen agar menghasilkan nilai yang akurat sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pentingnya kalibrasi instrumen terletak pada kebutuhan untuk menjamin ketepatan dan konsistensi hasil pengukuran yang dilakukan oleh alat tersebut. Jika instrumen tidak dikalibrasi secara teratur, hasil pengukuran yang diperoleh dapat tidak akurat dan tidak dapat dipercaya.
Dalam bidang industri, kalibrasi pada instrumen sangatlah penting karena dapat mempengaruhi finansial dan reputasi bagi industri tersebut. Maka dari itu, kalibrasi instrumen harus dilakukan secara rutin dan konsisten untuk memastikan keakuratan hasil pengukuran dan meminimalkan risiko kesalahan.
Risiko Tidak Melakukan Kalibrasi Instrumen
Risiko yang mungkin terjadi jika instrumen tidak dikalibrasi secara teratur antara lain kegagalan dalam mendeteksi masalah, pengambilan keputusan yang salah, dan penurunan kualitas produk atau layanan yang dihasilkan. Berikut ini adalah kategori risiko yang mungkin terjadi akibat instrumen yang tidak dikalibrasi.
- Produk-Risk : risiko produk ini merupakan risiko yang terjadi pada produk yang akan dihasilkan dari penggunaan instrumen yang tidak dikalibrasi.
- Process-Risk : risiko proses terjadi karena kegagalan instrumen dalam melakukan pengukuran dan proses kalibrasi tidak bisa dilakukan. Atau proses berlangsung namun tidak ada hasil outputnya.
- Safety-Risk : risiko yang terjadi pada instrumen ukur yang mempengaruhi keselamatan manusia dan keamanan lingkungan.
Kapan Waktu yang Tepat untuk Kalibrasi Instrumen?
Perlunya dilakukan kalibrasi instrumen secara rutin sesuai dengan standar industri, biasanya dilakukan setiap setahun sekali tergantung dari frekuensi pemakaian instrumen. Adapun berbagai faktor seperti paparan atau tekanan udara yang dapat mempengaruhi kualitas instrumen tersebut. Intinya jika ingin mendapatkan hasil yang akurat maka perlu dilakukan penyesuaian frekuensi kalibrasi dan meningkatkan ke instrumen pengukuran yang lebih akurat.
Contoh Kalibrasi Instrumen
Berikut ini adalah beberapa contoh kalibrasi instrumen analitik, beserta penjelasannya:
- Gas Detector – H2S : Gas detector H2S adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan gas hidrogen sulfida (H2S) dalam suatu ruangan atau lingkungan.
- Spektrofotometer UV Vis : Spektrofotometer UV-Vis adalah alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang diserap oleh sebuah sampel pada rentang spektrum ultraviolet (UV).
- pH Checker : pH Checker adalah sebuah instrumen pH sederhana yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan.
- Transmission Densitometer : Transmission densitometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat transmisi cahaya melalui sebuah benda uji yang berupa film radiografi atau filter optik.
- Automotive Emission Analyzer – O2 : Automotive Emission Analyzer – O2 adalah perangkat yang digunakan untuk mengukur kadar oksigen dalam gas buang kendaraan.
- Conductivity Meter : Conductivity Meter adalah alat pengukur konduktivitas atau kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik.
- Viscometer : Viscometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur viskositas atau kekentalan suatu cairan.
- Autoclave – Tekanan : Autoclave adalah sebuah alat yang digunakan untuk mematikan mikroorganisme dan spora bakteri melalui pemanasan pada suhu tinggi dan tekanan tinggi dalam periode waktu tertentu.
- Turbidity Meter : Turbidity Meter merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kekeruhan cairan atau fluida.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, kalibrasi instrumen ini merupakan proses penting dalam menjaga keakurasian dan keandalan suatu instrumen. Melalui penggunaan instrumen yang tidak dikalibrasi tentu dapat mengakibatkan berbagai macam risiko yang tentu akan merugikan industri atau perusahaan yang menggunakannya. Maka dari itu perlu diketahui kapan instrumen tersebut harus dilakukan kalibrasi sesuai dengan jenis instrumennya dan juga regulasi yang berlaku.